“Kita
harus terapkan itu pertanian organik. Tidak usah kita memberikan bahan-bahan
kimia seperti pupuk dan pestisida bahan kimia. Merusak kesehatan saja. Kita
himbau agar semua petani-petani menerapkan pertanian organic.” Seorang ahli
pertanian berkata dalam sebuah forum internasional.
“Hei
bung, apa maksud anda berkata begitu?” seorang ahli pertanian dari Indonesia
menyeruak, bersuara.
“Bukankah
dengan pertanian organik itu, maka produksi tanaman yang dihasilkan akan
menurun? Seperti yang kita tahu, tanpa pupuk-pupuk kimia dan pestisida maka
produktivitas tanaman akan rendah.”
“Benar.
“
“Lalu,
apakah anda tidak melihat keadaan manusia-manusia di Afrika dan beberapa Negara
tertinggal lainnya? Termasuk juga sebagian Negara Negara Asia?”
“Hm?”
“Anda
tahu betapa tandusnya Benua Afrika? Betapa tanah tandus tidak dapat
menghasilkan bahan pangan yang dapat mencukupi hajat hidup mereka! Selama ini
saudara-saudara hidup dari pasokan bahan makanan yang kita ekspor kepada. Dan
itupun masih belum cukup. Fakta menyatakan bahwa masih banyak terjadi kasus
kelaparan. Bagaimana mungkin kita berani membuat produktivitas bahan pangan
menurun dengan menerapkan pertanian organik, sementara saudara-saudara kita
bergantung kepada kita untuk sekedar makan? Pertanian organic hanya cocok untuk
kalangan mampu, sedangkan di lain sisi, sistem ini membunuh saudara-saudara
kita yang lain.”
Demikian
cerita yang disampaikan Bapak Dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian di
depan kelas. Beliau bercerita dengan penuh semangatnya seakan memutar kembali
memori waktu kejadian itu terjadi. Ya, ahli pertanian dari Indonesia itu tak
lain dan tak bukan adalah sang Dosen. Tak akan ada yang tahu kalau beliau
merupakan seorang ahli pertanian jika tak ada teman-teman yang bertanya
mengenai pertanian. Karena jawaban beliau selalu luar biasa memuaskan.
Jawaban-jawaban ini kebanyakan didasarkan pada pengalaman beliau saat hadir
dalam berbagai seminar internasional, saat beliau terlibat dalam kebijakan
pertanian di pemerintahan pusat, pun saat beliau menyelesaikan program
doktoralnya di Amerika. Masih dua kali pertemuan kami dengannya –karena begitu
sibuknya beliau, seringkali dosen penggantilah yang memberikan materi- tanpa
beliau memperkenalkan diri maupun menampilkan CV, kami tahu bahwa beliau adalah
asset berharga bangsa ini.
Jika
ditanya, “Apa pendapatmu mengenai pertanian organik?” bisa dipastikan sebagian
besar kita akan menjawab mantap “Saya mendukung pertanian organik. Karena
pertanian ini sangat menghindari penggunaan bahan kimia jadi baik untuk
kesehatan manusia dan lingkungan.” Ataupun jawaban-jawaban senada lainnya.
Jika
ditilik dari sisi kesehatan pangan saja, tak ada yang salah dari anggapan
positif mengenai pertanian organik. Akupun berpendapat demikian selama
bertahun-tahun lamanya. Bahkan mulai dari Sekolah Dasar dimana aku pertama kali
mengerti tentang konsep pertanian organik. Jika sekarang aku mengingat
pemikiranku dahulu, aku merasa cupet tiba-tiba. Betapa sempitnya isi kepalaku
waktu itu. Betapa terbatasnya ruang pandangku selama ini.
Kemudian
aku teringat saat masih menjalani matrikulasi. Mata pelajaran yang dijatahkan
ke kelasku adalah Kimia Umum. Aku ingat saat Dosen sesi UAS menyampaikan pada
kami pendapatnya mengenai pupuk-pupuk kimia. Aku baru paham bahwa beliau ini
rupa-rupanya salah seorang kritisi pertanian organik. Seperti yang dipelajari,
tumbuhan memerlukan zat Natrium (Na) dan Magnesium (Mg) untuk bisa tumbuh dan
berkembang. Kebutuhan Na dan Mg yang tidak bisa dipenuhi oleh tanah, kemudian
disuplai dengan pemberian pupuk. Pupuk kandang mengandung Na, begitupun pupuk
kimiapun isinya juga Na. Dosen Kimia itu berkata, “Dimana-mana yang namanya
Natrium itu ya natrium saja. Rumus Na ya tetap Na. saya agak meragukan
pendukung pertanian organic yang mengatakan bahwa pupuk kimia itu tidak lebih
baik dari yang alami. Toh yang alami menyuplai Natrium, pupuk kimiapun juga
berupa Natrium.”
Begitulah,
informasi kecil yang ingin saya bagi.
Pertanian
organik sekarang mulai banyak dikembangkan bahkan oleh bangsa kita. Memang
mutunya jika ditinjau dari kesehatan adalah sangat baik. Namun produktivitas
sangat rendah bahkan bisa berkurang lebih dari setengah hasil produksi yang
dengan penggunaan bahan kimia. Dan harga bahan pangan organikpun tiga kali
lebih tinggi dari bahan pangan biasa. Jika demikian, bagaimana rakyat miskin
bisa makan? Akankah produktivitas rendah dan harga yang tinggi ini mampu
memberi makan bermilyar-milyar masyarakat dunia?
Logikanya,
tidak.